ARDnusantara.com, TEMBILAHAN - Dalam rangka memperingati Mangrove Day 2025, kegiatan bertajuk Mangrove Talk sukses digelar di Lapangan Gajah Mada. Dengan mengangkat tema "Suara Mangrove: Dari Muda, Komunitas, untuk Alam".
acara ini menghadirkan diskusi inspiratif seputar peran generasi muda dan komunitas dalam menjaga ekosistem mangrove dengan peserta para murid sekolah menengah atas yang ada di Kota Tembilahan.
Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Harlen dari LPHD Perigi Raja, Siti Masfiroh dari Yayasan Mitra Insani, dan M. Rifai selaku Putra Mangrove 2024, serta dimoderatori oleh M. Rukim. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Yayasan Mitra Insani selaku penyelenggara utama kegiatan Mangrove Day 2025
Dalam diskusi tersebut, M. Rifai menyoroti pentingnya edukasi dasar mengenai mangrove kepada masyarakat.
"Ketika kami turun ke lapangan, banyak teman-teman yang belum tahu pentingnya mangrove. Maka dari itu, kami mulai dengan memberikan pemahaman dasar tentang mangrove," jelasnya.
la juga menambahkan bahwa ajang pemilihan Putra Putri Mangrove bertujuan sebagai wadah kolaborasi generasi muda dalam upaya pelestarian lingkungan.
Sementara itu, Siti Masfiroh menggarisbawahi kontribusi Yayasan Mitra Insani dalam pemberdayaan masyarakat pesisir melalui studi literatur dan program perikanan.
"Kita memiliki 16 enumerator yang melakukan pendataan udang dan kepiting di wilayah pesisir. Jika sungai tidak dijaga, maka nelayan juga akan kesulitan menangkap hasil laut seperti kepiting," ujarnya.
la juga menegaskan pentingnya menjaga pesisir sebagai upaya merawat masa depan.
Harlen, sebagai perwakilan dari Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD), menyampaikan tantangan dalam mengelola kawasan hutan mangrove. Menurutnya, rehabilitasi telah dilakukan di banyak titik, namun masih banyak masyarakat yang belum memahami betapa vitalnya fungsi ekosistem mangrove.
"Kami terus melakukan pendampingan dan edukasi agar masyarakat turut andil dalam menjaga lingkungan," ujarnya.
Sesi tanya jawab turut menambah wawasan peserta. Salah satu pertanyaan menyoroti persoalan sanitasi dan pencemaran di wilayah mangrove. Narasumber menanggapi bahwa masyarakat dan relawan aktif melakukan patroli untuk mencegah tindakan ilegal seperti peracunan sungai dan illegal logging.
"Jika sungai terus diracun, maka tanaman seperti nipah akan runtuh sedikit demi sedikit. Ini bisa mempercepat abrasi," ungkap Rifai.
Acara ini menjadi momentum penting untuk mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama generasi muda, agar lebih peduli dan terlibat dalam pelestarian lingkungan hidup, khususnya ekosistem mangrove yang menjadi benteng alami pesisir.
F.
Redaksi